I Wayan Agus Suartama, atau dikenal sebagai Agus Buntung, seorang penyandang disabilitas, terus menjadi perhatian publik. Pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan pelecehan terhadap 15 orang, termasuk anak-anak di bawah umur hampir seluruh Media Massa baik TV, Elektronik dan Media Sosial membahas ini dan menjadi trending topik dalam seminggu terakhir ini.
NTB, IntelKrimsus.com | Ada ulasan yang sangat menarik yang disampaikan H. Kasbolah, M.Pd. dengan Perspektifnya yang diulas di APRI Lampung, dalam tulisannya beliau memaparkan Menggali Sisi Gelap Manusia dalam Kasus Agus Buntung dalam Perspektif Akhlak & Kepribadian (07 Des 2024).
Dalam ulasannya dipaparkan, Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan Iwas alias Agus Buntung, seorang penyandang disabilitas, mengguncang hati masyarakat. Betapa tidak, di balik keterbatasan fisiknya, Agus diduga melakukan tindakan yang mencederai norma kemanusiaan hingga jumlah korbannya mencapai 15 orang, termasuk anak di bawah umur.
Sorotan terhadap kasus ini tidak hanya datang dari aspek hukum, tetapi juga dari sudut pandang etika dan akhlak, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dalam karya monumental Makarimul Akhlak.
 Dalam Makarimul Akhlak, Syaikh al-Utsaimin membagi manusia menjadi empat kelompok berdasarkan perpaduan antara suroh dohiroh (fisik) dan suroh batinah (akhlak), Fisik baik, akhlak baik, Contoh tertinggi adalah Nabi Muhammad SAW, yang sempurna secara fisik dan batin. Keindahan jasmani dan rohani beliau adalah teladan bagi umat manusia.
Dalam Makarimul Akhlak, Syaikh al-Utsaimin membagi manusia menjadi empat kelompok berdasarkan perpaduan antara suroh dohiroh (fisik) dan suroh batinah (akhlak), Fisik baik, akhlak baik, Contoh tertinggi adalah Nabi Muhammad SAW, yang sempurna secara fisik dan batin. Keindahan jasmani dan rohani beliau adalah teladan bagi umat manusia.
Fisik baik, akhlak buruk, Sosok seperti Abu Lahab, meski memiliki paras yang menawan, dikenal sebagai penghalang dakwah Rasulullah, Fisik buruk, akhlak baik, Misalnya, Bilal bin Rabah, walaupun penampilannya sering diremehkan pada zamannya, beliau adalah pribadi yang penuh ketulusan dan iman, dan fisik buruk, akhlak buruk, contoh yang sering disebut adalah Abu Jahal, yang membawa kerusakan lahir dan batin.
Jika diletakkan dalam konteks ini, kasus Agus Buntung menggambarkan potret manusia yang fisiknya terbatas, tetapi akhlaknya dipandang buruk. Hal ini tentu membuka diskusi mendalam, apakah keterbatasan fisik bisa menjadi alasan pembenaran perilaku yang tidak bermoral?
Islam mengajarkan bahwa akhlak adalah cerminan hakiki dari nilai seseorang. Dalam kasus Agus, ada paradoks yang menyayat hati, keterbatasan fisik yang seharusnya menjadi pengingat untuk rendah hati justru menjadi latar belakang dugaan manipulasi dan grooming terhadap korban. Dalam hal ini, agama memandang bahwa setiap manusia, terlepas dari keadaan fisiknya, tetap memiliki tanggung jawab moral.
Banyak yang bisa kita petik hikmah dari setiap kejadian dan peristiwa yang ada dilingkungan sekitar kita apapun itu, landasan agama sangat penting untuk tentunya menjadi fundamental hidup kita dunia dan akhirat pada akhirnya. (deta)


